kami, setelah Ibadah Sekolah Minggu |
Malam
itu (14/07/2013) lalu, bersama Mama-mama dari Pasar Youtefa, Pasar malam
Cigombong, Pasar Hamadi dan Mama-Mama penjual sayur
dari pinggir jalan Expo dan depan Kampus UNCEN melakukan pertemuan bersama dipasar
sementara jalan Percetakan-Jayapura. Pertemuan itu difasilitasi oleh Robert
Jitmau, kordinator Koperasi Mama Papua (KOMPAP) dan Ibu Pdt. Dora Balubun, koordinator
Solidaritas Pasar Mama Papua (SOLPAP).
Dalam
perjalanan menuju jayapura, kami berbagi cerita bersama Mama-mama dari pasar Youtefa, Expo dan
pasar Cigombong di didalam truk barang milik KOMPAP.
Tanpa membedakan asal dan tempat jualan mereka, Mama-Mama ini
menumbuhkan kebersamaan dan masing-masing bercerita mimpi yang sama. Mimpi mempunyai
pasar permanen khusus untuk Mama Papua.
“Kenapa
torang tra bisa bersaing dengan Jawa, Bugis, Makasar dong? Memangnya torang tra
mampu ka? Pemerintah dorang lebih percaya mereka jadi! Coba berikan kami
kepercayaan sekali saja, pasti torang bisa”. Kata mama dari pasar youtefa.
Seolah
sumbu kompor dipasang api, Semua mama dalam trek angkat bicara. Telinga tra
mampu dengar, rasanya ribut sampai dorang tra baku dengar sendiri. di pasar adalah tempat
mereka sandarkan hidup. Meski cerewat mulutnya tapi mimpi besar juga dorang
pikirkan bersama untuk menyatakan bahwa papua juga mampu dalam berbagai aspek
terlebih di bidang ekonomi.
Sesampai
di pasar, kordinator KOMPAP dan SOLPAP pertemukan mama-mama ini. Hujan pun
mengguyur dan kami takut keluar dari pasar dan sekitar jam 11 malam kami diantar
kembali. Dalam perjalanan mama di samping saya berkata “terima kasih
anak” ucapan itu diucapkan kepada saya
Kenapa
mama? Tanya saya.
“di
rumah, saya punya anak dua selalu bilang kamu dua (agus dan Yona) biasa ajar
anak-anak di buper jadi! Jawab mama pelan.
mama
pu anak tu, namanya siapa? saya tanya.
“Itu,
Supri dan Yosua. Dong dua tu saya punya anak”. Jawab mama
Saya
duduk dan diam, nampaknya kedua anak itu cerita aktivitas kami kepada orang
tuannya.
“Anak,
sebenarnya saya ingin anak-anak sekolah dan menjadi pintar tapi kondisi
kami seperti ini. Pagi-pagi harus kerja ke kebun, sorenya jualan. Saya dan paitua tu tidak sekolah, mau ajar
anak-anak tapi kami tidak tahu A, B” lanjut Mama Supri.
“Saya
mau bilang anak-anak belajar tapi saya hanya tahu berkebun….” mama diam
sambil tarik nafas panjang. tidak ada orang yang perhatikan anak-anak. lanjut mama.
Tidak
tahu perkembangan anak-anak ini kedepan. Sebenarnya saya mau perhatikan anak
saya tapi nanti kami makan apa? Tidak ada makanan kalau saya tidak jualan. Anak,
tolong ajar anak-anak itu eeeee………….”
“Mama,
doakan kami eeeee” (Agus)
kami di Gua Maria |
kami dipuncak bukit |
gaya kami di Gua Maria |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar